PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Proses berpikir mencakup dua lingkungan yaitu lingkungan alam sadar dan alam bawah sadar. Untuk menggerakkan proses berpikir dalam alam sadar memanfaatkan otak atas dimana masing-masing otak (kiri dan kanan) harus dapat memberikan rangsangan satu sama lain, jangan sampai terjadi salah satu tidak berperan sebagaimana layaknya. Jadi kesadaran (otak atas kanan) dan kecerdasan (otak atas kiri), keduanya menjadi alat pikir dari otak.
Sedangkan otak bawah sadar, yang juga disebut otak kecil artinya ia berpusat di hati oleh karena itu, ia berperan untuk mengendalikan semua fungsi tubuh yang tidak disadari dan otomatis, sehingga otak bawah akan bekerja secara terpisah dengan otak atas. Jadi otak bawah sadar yang kita sebut dengan Akal mengandung arti dari satu sisi sebagai ilmu tentang hakikat segala sesuatu, letaknya dalam hati dan disisi lain kata Akal itu dipergunakan kepada yang mengenal ilmu itu ialah hati yakni benda halus dan indah itu.
Jadi hati akan berperan untuk menghayati dalam mengendalikan emosi, seksualitas dan pusat kenikmatan, oleh karena itu otak bawah sadar yang kita sebut Akal sebagai alat pikir. Proses berpikir dengan memanfaatkan otak bawah sadar menjadi hasil kerja hati dengan penghayatan yang juga kita sebut dengan intuisi. Dengan demikian intuisi termasuk salah satu bentuk berpikir juga.
Kesadaran menyadarkan apa-apa, namun kecerdasan memberitahukan kepaada kita keadaan masalah dan hubungan-hubungannya. Apakah gerangan bahaya bagi kita. Itu saja tidak cukup dalam proses berpikir, yang menjadi persoalan berikutnya adalah bagaimana kita menghindarinya atau menumpasnya. Disnilah tampil prinsip kesembilan sebagai suatu proses berkir yang muncul kepermukaan yang disebut dengan akal sebagai alat pikir untuk mencari jalan untuk tujuan itu. Dengan Akal dalam proses berpikir menunjukkan dimana letak bahaya, jenis bahaya, apa segara datang atau berlagsung tetap sebagai bahaya, bagaimana ia dapat dihindarkan, selanjutnya menunjukkan jalan dan cara-caranya mencapai tujuan itu agar supaya dilaksanakannya. Itulah pekerjaan akal. Dalam hal tertentu, ia juga bekerja membuat pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Dengan demikian, kita harus menyadari bahwa mengem-bangkan akal kepemimpinan merupakan unsur jiwa ketiga selain kesadaran dan kecerdasan. Oleh karena itu ketiga unsur jiwa itu, bertindak serentak dalam proses berpikir, saling mengisi dan saling membantu sehingga menyerupai tri-tunggal. Akhirnya kita dapat menyatakan bahwa tidak dapat menyebutkan yang satu dengan meninggalkan dua yang lainnya, dengan ungkapan ini alat pikiran sebagai kecakapan jiwa yang didalam fungsinya bertindak serentak sebagai tri-tunggal dan merupakan alat pikiran yang utama untuk kita kembang-kan.
MAKNA AKAL
Untuk menggerakkan atas pemanfaatan otak bawah sadar yang juga disebut proses berpikir intuitif untuk merespon hasil kesadaran dan kecerdasan, maka diperlukan pemahaman makna akal melalui huruf dan kata dengan ungkapan seperti dibawah ini :
(A) menjadi kata ANTISIPATIF mengandung arti sikap dan perilaku yang bersifat tanggap terhadap sesuatu yang akan terjadi dari proses hasil berpikir kesadaran dan kecerdasan dalam memberikan jawaban atas bagaimana cara dan melaksanakannya.
(K) menjadi kata KALBU mengandung arti kemampuan mengintergrasikan dalam proses berpikir terhadap otak atas kiri dan kanan sebagai alat pikir disatu sisi dan disisi lain hati sebagai alat menghayati, bagaimana membuat keputusan yang benar pada saat yang tepat.
(A) menjadi kata ANTISIPASI mengandung arti melakukan penyesuaian sikap dan perilaku sesuai dengan tuntutan perubahan atas peristiwa-peristiwa yang bakal terjadi sehingga perlu mendorong keterampilan-keterampilan yang terkait dengan menghindari masalah.
(L) menjadi kata LAHIR BATIN mengandung arti segenap hati menjalankan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam proses berpikir untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui sebagai kisaran proses mental yang sadar dalam mengaktualisasikan proses pengambilan keputusan.
Dengan mengungkapkan huruf dan kata dalam makna akal sebagai langkah kita untuk menggerakkan kemampuan berpikir melalui proses Antisipatif (A) dengan percaya diri sebagai wujud dari Kalbu (K) yang dapat menhayati atas pemanfaatan otak untuk melaksanakan Antisipasi (A) berdasarkan keyakinan Lahir-batin (L) dalam proses pe-ngambilan kepuutusan.
KESIMPULAN
Akal sebagai alat pikir yang akan merespon dari proses berpikir kesadaran dan kecerdasan untuk memberikan jawaban tindakan apa yang diambil sekarang sebagai tindak lanjut dari pengambilan keputusan, oleh karena itu dengan pemahaman makna akal kita dapat menghayati untuk menanyakan hal-hal 1) apakah yang menjadi maksud dari keputusan; 2) adakah suatu keputusan sesungguhnya diperlukan sekarang; 3) apa kreteria pemilihan; 4) apa alternatif yang seharusnya anda pertimbangkan; 5) apa resiko yang dihadapi; 6) seberapa jauh keseriusan resiko tersebut.
Bagaimanapun juga hasil kerja akal dengan penghayatan akan merespon pertanyaan-pertanyaan yang kita kemukakan diatas dari unsur otak dan hati artinya otak sebagai alat pikir dan hati sebagai alat menghayati. Dengan demikian kita berpikir dalam kerangka yang metodis atau dengan kata lain berpikir yang disadari.
Sejalan dengan pemikiran diatas maka proses berpikir dengan memanfaatkan akal sebagai alat pikir menuntun kita dalam proses berpikir dengan tahapan sebagai berikut :
Langkah pertama, adalah membuat pernyataan atas maksud keputusan, dengan mengajukan pertanyaan 1) adakah saya sedang mencoba membuat apa pilihan; 2) mengapa perlu-nya keputusan ini; 3) apa keputusan yang dibuat sebelum-nya. Dengan membuat tiga pertanyaan tersebut kita menco-ba merumuskan maksud tujuan pengambilan keputusan.
Langkah kedua, adalah menggariskan kreteria sebagai rujukan dalam pengambilan keputusan, jadi keputusan yang baik adalah mendapatkan hasil yang diperlukan berdasarkan kreteria yang ditetapkan.
Langkah ketiga, adalah mengembangkan dan memban-dingkan alternatif-alternatif sebagai suatu langkah untuk menentukan pilihan atasnya.
Langkah keempat, adalah langkah untuk mengambil kepu-tusan yang terbaik melalui analisis resiko artinya mengidentifikasikan dan menilai resiko.
Berpikir secara metodis yang kita kemukakan diatas menuntut adanya keterampilan kepemimpinan dalam memanfaatkan tri-tunggal sebagai unsur jiwa dalam proses pengambilan keputusan, bagaimana membuat keputusan yang benar pada waktu yang benar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar